persahabatan lebih baik
Persahabatan Lebih Baik
oleh Vitha Syarii
Shelva
adalah gadis kecil yang sangat pelupa sehingga hampir setiap hari dia ngomel
karena barang kesayangannya yang sering hilang. Dia siswi kelas 4 SD Purna Jaya
Jogjakarta. Dia tinggal bersama kedua orang tua dan kakaknya di sebuah
perumahan mewah Jogjakarta. Dia mempunyai sahabat sejak kecil yang hidup
bertetangga dengannya. Dia bernama Ajeng. Mereka berdua sangat akrab, bahkan
sifat dan tingkah lakunya pun sama. Mereka termasuk siswi yang berprestasi di
kelasnya tetapi anehnya keduanya sangat nakal dan susah diatur.
Suatu hari ada anak baru di kelasnya yang bernama Roni. Dia adalah pindahan
dari Surabaya. Dia mengikuti kedua orang tuanya pindah ke Jogjakarta. Ketika
dia sedang berkenalan di depan kelas, Shelva dan Ajeng langsung berencana untuk
menjaili dia.
“Wah ada anak baru tuh !”,
kata Ajeng sambil menunjuk Roni.
“Lumayan tuh mangsa baru,
bangku kosong ada di belakang kita nih. Mantep deh ! hahaha…”, jawab Shelva
riang.
Setelah selesai berkenalan
Roni duduk di belakang Shelva dan Ajeng. Karena hanya itu satu-satunya bangku
yang tersisa. Dia duduk sendiri karena memang ada satu siswa yang tidak masuk
hari itu.
“Roni…” dia memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan kepada Shelva dan
Ajeng.
Ternyata ditangan mereka sudah ada paku yang menempel untuk menjaili Roni
kemudian Roni pun langsung kaget dan teriak kesakitan. Mereka kemudian tertawa
karena merasa puas. Wajah Roni yang semula berseri berubah menjadi kusam karena
merasa kesal dengan ulah mereka.
Shelva dan Ajeng berpikir bahwa Roni itu lugu namun ternyata setelah beberapa
hari di sekolah tingkah laku dia itu tidak jauh beda seperti mereka. Mereka
bertiga ini susah diatur dan selalu buat onar di kelas. Sehingga kelas mereka
menjadi tambah ramai. Tetapi akhirnya mereka menjadi sahabat yang sangat
kompak. Walaupun mereka kompak tetapi hampir setiap hari Shelva dan Roni selalu
bertengkar karena perbedaan prinsip dan seringkali Ajeng meleraikan mereka. Dan
kadangkala merekapun terlihat akrab sampai-sampai Ajeng dan teman-teman lainnya
heran melihatnya. Hingga mereka menginjak kelas 6 SD keadaan pun tak berubah.
Suatu hari ketika Shelva dan Roni sedang ngobrol berdua dan Ajeng pun
menghampiri mereka.
“Hey Shel, akrab bener kamu sama Roni? Hayo..hayoo.. ada apa? Biasanya kayak
kucing sama tikus ribut terus sampai-sampai aku cape ngurusin kalian berdua
ribut.” ucap Ajeng dengan nada menyindir.
“Kita kan sahabat jadi harus akur.” ungkap Shelva.
“Hallah biasanya juga nggak pernah akur kalian.”
“Ih apa ya?” Jawab Shelva dan Roni bersamaan.
“Ehem…Ehem…jawabnya kok bareng
gitu?” ledek Ajeng bersama senyum manisnya.
“Nggak kok.” Shelva dan Roni
berucap kata yang sama lagi.
“Tuh kan bareng lagi.”
Dan karena sedikit kesal kemudian Shelva dan Roni pun pergi ninggalin Ajeng
sendiri. Ajeng hanya tersenyum melihat tingkah mereka berdua yang aneh dan
masih saja Ajeng meledek meraka.
“Huh ! gitu aja ngambek bareng. Hahahaa…” Teriak Ajeng masih ngeledek.
Hari berikutnya Shelva dan Roni kembali ribut. Mereka berlari-lari saling
mengejar satu sama lain di tengah panasnya terik matahari dan deburan debu
hanya gara-gara kejailan mereka masing-masing. Ajeng seringkali mulai bingung
dengan sikap Shelva dan Roni. Mereka itu bersahabat tetapi kelakuan mereka
selalu seperti itu, sering ribut yang nggak jelas dan lain-lain yang hampir tak
ada hentinya. Sampai akhirnya ketika pengumuman kelulusan tiba saat itu juga
perpisahan dilaksanakan. Mereka berdua masih saja terus begitu, menarik
rambutlah, saling menyubitlah, pukul-pukalanlah, tendang-tendangan dan
lain-lain yang aneh-aneh.
“Hey kalian berdua ini ribut terus kerjaannya dari dulu! kapan akurnya? kompak
banget lagi, ntar jadi cinta lho!” teriak teman-temanya kompak.
“Kompak? kompak apanya? Sakit tahu aku dicubitin terus tangannya sampai
lecet-lecet, rambutnya rontok dijambaki terus. Huh!” jawab Shelva sedikit
kesal.
“Aku juga tahu emangnya kamu doang apa yang kaya gitu?” tambah Roni ketus.
Teman-teman hanya tertawa melihat keributan mereka berdua.
“Sudah-sudah jangan berdebat terus kalian ini kan bersahabat masa ribut terus
sih? Aku cape tahu ngurusin kalian berdua mulu. Udah kita besok kan nggak
ngalamin masa SD kayak gini lagi jadi pada akur dong?” ucap Ajeng yang sok
menasehati.
“Ya tuh bener kata Ajeng, tapi tumben kamu Jeng kayak orang tua. Hahahaaa…”
ledek salah satu dari mereka.
Detak jantung yang berdebar menyelimuti kegelisahan mereka semua yang menanti
pengumuman tiba. Dan setelah mengetahuinya mereka menghela nafas merasa senang
karena semua siswa lulus. Dan setelah mengetahui hal tersebut lalu mereka semua
meluapkan kegembiraannya dengan mengikuti acara perpisahan hingga usai.
Beberapa bulan kemudian mereka semua akan menginjak bangku SMP. Tetapi ada yang
tidak melanjutkan karena keterbatasan biaya. Shelva, Ajeng, dan Roni kembali
bersama di SMP Pelita Jaya hanya saja berbeda kelas. Sebenarnya Shelva dan Roni
itu awalnya satu kelas tetapi kemudian Roni pindah ke kelas lain.
Ketika masih awal di sekolah yang baru mereka bertiga masih saling bersama
walaupun mereka tidak satu kelas. Shelva dan Roni masih saja seperti dulu,
mereka berdua nggak pernah berubah Ajeng pun selalu pusing mgurusin mereka
berdua itu yang selalu begitu. Suatu hari ketika mereka bertiga mengikuti
kegiatan di sekolah hingga sore hari.
“Shel, sekarang kamu jadi sombong lho ke aku? Nggak pernah nyapa sama ngrusuhin
aku lagi?” ungkap Roni pada Shelva ngledek.
“Lho? bukannya kebalik? kamu tuh yang sombong sama aku!” jawab Shelva ketus.
“Udahlah sebenernya Roni itu kangen sama kamu Shel jadi dia bilang gitu ke kamu
dia tuh pengin bareng terus sama kamu.” ungkap Ajeng dengan senyumnya.
“Ih nggak kok, jangan bercanda kamu Jeng.” Jawab Roni kaget.
“Iya nggak usah ngawur deh.” Sanggah Shelva.
“Udahlah ngaku aja kalau kalian berdua itu saling suka.”
Dalam batin Roni dia bergumam “Kok Ajeng tahu ya kalau aku suka sama
Shelva.”
Mentari pun mulai hilang hari semakin gelap mereka bertiga pulang bersama
menaiki sepeda ontelnya dan ditemani dinginnya sepoi angin sore.
Suatu hari ketika Roni sedang bermain dan bercanda ria bersama teman-temannya
di kelasnya dia tiba-tiba keceplosan kalau dia itu sedang menyukai sahabatnya
sendiri yaitu Shelva yang berada di kelas 7A. Roni pun kemudian hanya gugup
ketika ditanya oleh teman-temannya tentang hal itu. Dia bingung untuk
menjawabnya lalu teman-temannya mulai ngeledek dia. Namanya juga anak-anak
sifat mereka masih belum berubah masih saja seperti itu.
Kemudian
sejak saat itu Roni menjadi malu bertemu dengan Shelva dan mulai menghindari
Shelva. Gara-gara dia keceplosan tentang perasaannya pada Shelva. Akan tetapi
Shelva tidak mengetahui bahwa Roni menyukainya sejak dulu (Ya iyalah… anak
SD ngurusin kayak gitu, ngapain sih?). Setelah beberapa hari Shelva pun
mendengar gosip-gosip itu kemudian dia pun juga ikut menghindari Roni.
Setelah
saat itu hubungan mereka pun jadi renggang mereka tak pernah lagi saling tegur
sapa seperti dulu. Tak ada lagi keributan antara Shelva dan Roni yang sering
terjadi. Ajeng pun kangen dengan keusilan dan kebersamaan mereka berdua yang
biasa dia ledek dan selalu bikin dia pusing. Dia rindu akan masa-masa bersama
mereka ketika SD dulu walaupun sebenarnya Ajeng masih bisa bersama Shelva
ataupun Roni. Tetapi mereka tidak bisa kumpul lagi bertiga karena Shelva dan
Roni yang sudah tidak ingin bertemu.
Ketika
malam hari di taman belakang rumah Shelva termenung menatap terangnya bintang
yang memancarkan sinarnya ditengah rintikan hujan yang dingin dalam kegelapan
malam. Dia teringat dengan sesosok Roni yang kini tak lagi bersamanya. Dia
rindu akan keseharian mereka ketika SD dulu yang selalu bersama dan tidak
pernah akur. Saat terakhir berucap ketika mereka mengikuti kegiatan hingga sore
hari itu. Setelah raga mulai menjauh dia baru merasakan kehilangan dan
cinta. “Ron, kapan yah kita bisa ribut kayak dulu lagi? Aku kangen
masa-masa itu.” Batin Shelva.
Kemudian
Ajeng datang ke rumah Shelva kemudian bertemu dengan Mamah Shelva dan kakaknya.
“Tante
Shelva dimana?” ucap Ajeng kepada mamah Shelva sambil mengerakkan kepalanya ke
kanan dan ke kiri mencari Shelva.
“Tuh
di taman belakang lagi nangis.” Jawab kakak Shelva yang sedang asyik bermain
game.
“Iya
dia di taman lagi murung. Samperin aja ke sana.” Ungkap mamah Shelva
menambahkan.
Dengan
langkah pelan Ajeng menghampiri dan mengagetkan Shelva. Dia yang sedang duduk
termenung dengan pikiran kosong spontan langsung kaget mendengar teriakan Ajeng
yang mengagetkan dan langsung memeluk Ajeng. Raut wajahnya tampak sedih tak
lagi berseri Ajeng pun mencoba untuk menghiburnya.
“Kenapa
kamu? Kok murung gitu? Mikirin Roni ya?” Tanya Shelva.
“Ya
nih… kenapa yah saat dia udah jauh dari aku malahan aku ngerasain hal yang sama
kayak dia. Padahal waktu dulu kita bareng aku ngerasa dia itu sahabatku yang
paling reseh” Jawab Shelva sedih.
“Udahlah
semua akan indah pada waktunya. Mungkin sekarang ini kalian belum bisa bareng
kayak dulu. Tapi suatu saat nanti kalian pasti akan bersama lagi. Aku percaya
didalam hati kalian masing-masing masih ada rasa ingin bersama kayak dulu.
Kalian kan udah lama bersahabat masa cuma gara-gara cinta jadi kayak gini.”
Tak
terasa tiga tahun berlalu hari-hari telah terlewati. Hingga lulus SMP keadaan
Shelva dan Roni tidak berubah mereka masih saja merasa saling tidak mengenal.
Sekarang benar-benar kebencian yang ada di benak mereka berdua karena selama
tiga tahun sikap ketus merekalah yang selalu muncul ketika mereka berjumpa.
Kemudian
Shelva dan Roni mendaftar di SMA Nusa Bhakti, tetapi Ajeng mendaftar di SMK
Tunas Bangsa. Mereka kemudian diterima di sekolah-sekolah tersebut.
“Hei
Shel, aku do’ain kamu sama Roni besok bisa bareng lagi satu kelas di SMA.”
Ledek Ajeng.
“Nggak
lah aku udah nggak pengin ketemu dia lagi. Udah benci aku sama dia.” Jawab
Shelva kesal.
“Udahlah
ngaku aja kamu itu kangen kan sama dia? Walaupun kalian sering ribut. Dan
sebenernya aku juga pengin kita kayak dulu lagi Shel.”
“Ya
kangen juga sih...hehehee… iya mudah-mudahan kita kita bisa bareng lagi.” Jawab
Shelva dengan senyum manisnya.
Sesudah
MOS dan PTA usai kemudian dilakukan pembagian kelas. Ternyata do’a Ajeng itupun
terwujud, Shelva yang tak berharap dapat satu kelas lagi dengan Roni ternyata
mereka dapat kembali bersama dalam satu kelas. Ketika saat itu pada malam
harinya Shelva pergi menemui Ajeng di rumahnya dan menceritakan kenyataan yang
terjadi. Setelah mendengar cerita itu Ajeng hanya tersenyum melihat kegembiraan
sahabatnya, diapun ikut senang karena sahabatnya terlihat riang lagi seperti
dulu.
Keesokan
harinya ketika masih awal-awal di kelas Shelva dan Roni masih merasa canggung
dan masih tak saling mengenal tetapi setelah beberapa hari berlalu perasaan
canggung itu mulai hilang. Tiba-tiba Roni menghampiri Shelva untuk meminta
maaf. Mereka berdua pun saling mengungkapkan bahwa dulu pernah mempunyai rasa
cinta diantara mereka dan perasaan itu pun masih ada sampai saat ini
tetapi keduanya akan memendam rasa cinta itu, mereka ingin membuat rasa cinta
itu menjadi cinta sebagai sahabat. karena mereka berpikir bahwa cinta lah yang
membuat persahabatannya dulu retak.
Sepulang
sekolah mereka berdua pergi ke rumah Ajeng untuk memberitahukan hal tersebut.
Kebahagiaan yang terpancar terlihat dari bola mata keduanya yang membuat Ajeng
ikut bahagia. Karena Ajeng telah rindu dengan kebersamaan dan keributan yang
sering mereka lakukan dan selalu membuatnya pusing.
Akhirnya
mereka bertiga pun kembali bersahabat seperti dulu. Karena kesadaran Shelva dan
Roni dengan sikap mereka yang dulu berubah hanya gara-gara cinta. Mereka
berpikir bahwa cinta yang ada dapat membuat mereka bahagia sebagai sahabat
bukan sebagai musuh.
Komentar
Posting Komentar