persahabatan lebih baik


Persahabatan Lebih Baik

Shelva adalah gadis kecil yang sangat pelupa sehingga hampir setiap hari dia ngomel karena barang kesayangannya yang sering hilang. Dia siswi kelas 4 SD Purna Jaya Jogjakarta. Dia tinggal bersama kedua orang tua dan kakaknya di sebuah perumahan mewah Jogjakarta. Dia mempunyai sahabat sejak kecil yang hidup bertetangga dengannya. Dia bernama Ajeng. Mereka berdua sangat akrab, bahkan sifat dan tingkah lakunya pun sama. Mereka termasuk siswi yang berprestasi di kelasnya tetapi anehnya keduanya sangat nakal dan susah diatur.

Suatu hari ada anak baru di kelasnya yang bernama Roni. Dia adalah pindahan dari Surabaya. Dia mengikuti kedua orang tuanya pindah ke Jogjakarta. Ketika dia sedang berkenalan di depan kelas, Shelva dan Ajeng langsung berencana untuk menjaili dia.
“Wah ada anak baru tuh !”, kata Ajeng sambil menunjuk Roni.
“Lumayan tuh mangsa baru, bangku kosong ada di belakang kita nih. Mantep deh ! hahaha…”, jawab Shelva riang.
Setelah selesai berkenalan Roni duduk di belakang Shelva dan Ajeng. Karena hanya itu satu-satunya bangku yang tersisa. Dia duduk sendiri karena memang ada satu siswa yang tidak masuk hari itu.
“Roni…” dia memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangan kepada Shelva dan Ajeng.

Ternyata ditangan mereka sudah ada paku yang menempel untuk menjaili Roni kemudian Roni pun langsung kaget dan teriak kesakitan. Mereka kemudian tertawa karena merasa puas. Wajah Roni yang semula berseri berubah menjadi kusam karena merasa kesal dengan ulah mereka.

Shelva dan Ajeng berpikir bahwa Roni itu lugu namun ternyata setelah beberapa hari di sekolah tingkah laku dia itu tidak jauh beda seperti mereka. Mereka bertiga ini susah diatur dan selalu buat onar di kelas. Sehingga kelas mereka menjadi tambah ramai. Tetapi akhirnya mereka menjadi sahabat yang sangat kompak. Walaupun mereka kompak tetapi hampir setiap hari Shelva dan Roni selalu bertengkar karena perbedaan prinsip dan seringkali Ajeng meleraikan mereka. Dan kadangkala merekapun terlihat akrab sampai-sampai Ajeng dan teman-teman lainnya heran melihatnya. Hingga mereka menginjak kelas 6 SD keadaan pun tak berubah.

 Suatu hari ketika Shelva dan Roni sedang ngobrol berdua dan Ajeng pun menghampiri mereka.
 “Hey Shel, akrab bener kamu sama Roni? Hayo..hayoo.. ada apa? Biasanya kayak kucing sama tikus ribut terus sampai-sampai aku cape ngurusin kalian berdua ribut.” ucap Ajeng dengan nada menyindir.
 “Kita kan sahabat jadi harus akur.” ungkap Shelva.
 “Hallah biasanya juga nggak pernah akur kalian.”                 
 “Ih apa ya?” Jawab Shelva dan Roni bersamaan.
“Ehem…Ehem…jawabnya kok bareng gitu?” ledek Ajeng bersama senyum manisnya.
“Nggak kok.” Shelva dan Roni berucap kata yang sama lagi.
“Tuh kan bareng lagi.”
 Dan karena sedikit kesal kemudian Shelva dan Roni pun pergi ninggalin Ajeng sendiri. Ajeng hanya tersenyum melihat tingkah mereka berdua yang aneh dan masih saja Ajeng meledek meraka.
 “Huh ! gitu aja ngambek bareng. Hahahaa…” Teriak Ajeng masih ngeledek.

 Hari berikutnya Shelva dan Roni kembali ribut. Mereka berlari-lari saling mengejar satu sama lain di tengah panasnya terik matahari dan deburan debu hanya gara-gara kejailan mereka masing-masing. Ajeng seringkali mulai bingung dengan sikap Shelva dan Roni. Mereka itu bersahabat tetapi kelakuan mereka selalu seperti itu, sering ribut yang nggak jelas dan lain-lain yang hampir tak ada hentinya. Sampai akhirnya ketika pengumuman kelulusan tiba saat itu juga perpisahan dilaksanakan. Mereka berdua masih saja terus begitu, menarik rambutlah, saling menyubitlah, pukul-pukalanlah, tendang-tendangan dan lain-lain yang aneh-aneh.
“Hey kalian berdua ini ribut terus kerjaannya dari dulu! kapan akurnya? kompak banget lagi, ntar jadi cinta lho!” teriak teman-temanya kompak.
“Kompak? kompak apanya? Sakit tahu aku dicubitin terus tangannya sampai lecet-lecet, rambutnya rontok dijambaki terus. Huh!” jawab Shelva sedikit kesal.
 “Aku juga tahu emangnya kamu doang apa yang kaya gitu?” tambah Roni ketus.
 Teman-teman hanya tertawa melihat keributan mereka berdua.
 “Sudah-sudah jangan berdebat terus kalian ini kan bersahabat masa ribut terus sih? Aku cape tahu ngurusin kalian berdua mulu. Udah kita besok kan nggak ngalamin masa SD kayak gini lagi jadi pada akur dong?” ucap Ajeng yang sok menasehati.
 “Ya tuh bener kata Ajeng, tapi tumben kamu Jeng kayak orang tua. Hahahaaa…” ledek salah satu dari mereka.

Detak jantung yang berdebar menyelimuti kegelisahan mereka semua yang menanti pengumuman tiba. Dan setelah mengetahuinya mereka menghela nafas merasa senang karena semua siswa lulus. Dan setelah mengetahui hal tersebut lalu mereka semua meluapkan kegembiraannya dengan mengikuti acara perpisahan hingga usai.

Beberapa bulan kemudian mereka semua akan menginjak bangku SMP. Tetapi ada yang tidak melanjutkan karena keterbatasan biaya. Shelva, Ajeng, dan Roni kembali bersama di SMP Pelita Jaya hanya saja berbeda kelas. Sebenarnya Shelva dan Roni itu awalnya satu kelas tetapi kemudian Roni pindah ke kelas lain.

Ketika masih awal di sekolah yang baru mereka bertiga masih saling bersama walaupun mereka tidak satu kelas. Shelva dan Roni masih saja seperti dulu, mereka berdua nggak pernah berubah Ajeng pun selalu pusing mgurusin mereka berdua itu yang selalu begitu. Suatu hari ketika mereka bertiga mengikuti kegiatan di sekolah hingga sore hari.
“Shel, sekarang kamu jadi sombong lho ke aku? Nggak pernah nyapa sama ngrusuhin aku lagi?” ungkap Roni pada Shelva ngledek.
“Lho? bukannya kebalik? kamu tuh yang sombong sama aku!” jawab Shelva ketus.
“Udahlah sebenernya Roni itu kangen sama kamu Shel jadi dia bilang gitu ke kamu dia tuh pengin bareng terus sama kamu.” ungkap Ajeng dengan senyumnya.
“Ih nggak kok, jangan bercanda kamu Jeng.” Jawab Roni kaget.
“Iya nggak usah ngawur deh.” Sanggah Shelva.
“Udahlah ngaku aja kalau kalian berdua itu saling suka.”
 Dalam batin Roni dia bergumam “Kok Ajeng tahu ya kalau aku suka sama Shelva.”
 Mentari pun mulai hilang hari semakin gelap mereka bertiga pulang bersama menaiki sepeda ontelnya dan ditemani dinginnya sepoi angin sore.

Suatu hari ketika Roni sedang bermain dan bercanda ria bersama teman-temannya di kelasnya dia tiba-tiba keceplosan kalau dia itu sedang menyukai sahabatnya sendiri yaitu Shelva yang berada di kelas 7A. Roni pun kemudian hanya gugup ketika ditanya oleh teman-temannya tentang hal itu. Dia bingung untuk menjawabnya lalu teman-temannya mulai ngeledek dia. Namanya juga anak-anak sifat mereka masih belum berubah masih saja seperti itu.

Kemudian sejak saat itu Roni menjadi malu bertemu dengan Shelva dan mulai menghindari Shelva. Gara-gara dia keceplosan tentang perasaannya pada Shelva. Akan tetapi Shelva tidak mengetahui bahwa Roni menyukainya sejak dulu (Ya iyalah… anak SD ngurusin kayak gitu, ngapain sih?). Setelah beberapa hari Shelva pun mendengar gosip-gosip itu kemudian dia pun juga ikut menghindari Roni.

Setelah saat itu hubungan mereka pun jadi renggang mereka tak pernah lagi saling tegur sapa seperti dulu. Tak ada lagi keributan antara Shelva dan Roni yang sering terjadi. Ajeng pun kangen dengan keusilan dan kebersamaan mereka berdua yang biasa dia ledek dan selalu bikin dia pusing. Dia rindu akan masa-masa bersama mereka ketika SD dulu walaupun sebenarnya Ajeng masih bisa bersama Shelva ataupun Roni. Tetapi mereka tidak bisa kumpul lagi bertiga karena Shelva dan Roni yang sudah tidak ingin bertemu.

Ketika malam hari di taman belakang rumah Shelva termenung menatap terangnya bintang yang memancarkan sinarnya ditengah rintikan hujan yang dingin dalam kegelapan malam. Dia teringat dengan sesosok Roni yang kini tak lagi bersamanya. Dia rindu akan keseharian mereka ketika SD dulu yang selalu bersama dan tidak pernah akur. Saat terakhir berucap ketika mereka mengikuti kegiatan hingga sore hari itu. Setelah raga mulai menjauh dia baru merasakan kehilangan dan cinta. “Ron, kapan yah kita bisa ribut kayak dulu lagi? Aku kangen masa-masa itu.” Batin Shelva.

Kemudian Ajeng datang ke rumah Shelva kemudian bertemu dengan Mamah Shelva dan kakaknya.
“Tante Shelva dimana?” ucap Ajeng kepada mamah Shelva sambil mengerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri mencari Shelva.
“Tuh di taman belakang lagi nangis.” Jawab kakak Shelva yang sedang asyik bermain game.
“Iya dia di taman lagi murung. Samperin aja ke sana.” Ungkap mamah Shelva menambahkan.
Dengan langkah pelan Ajeng menghampiri dan mengagetkan Shelva. Dia yang sedang duduk termenung dengan pikiran kosong spontan langsung kaget mendengar teriakan Ajeng yang mengagetkan dan langsung memeluk Ajeng. Raut wajahnya tampak sedih tak lagi berseri Ajeng pun mencoba untuk menghiburnya.
 “Kenapa kamu? Kok murung gitu? Mikirin Roni ya?” Tanya Shelva.
“Ya nih… kenapa yah saat dia udah jauh dari aku malahan aku ngerasain hal yang sama kayak dia. Padahal waktu dulu kita bareng aku ngerasa dia itu sahabatku yang paling reseh” Jawab Shelva sedih.
“Udahlah semua akan indah pada waktunya. Mungkin sekarang ini kalian belum bisa bareng kayak dulu. Tapi suatu saat nanti kalian pasti akan bersama lagi. Aku percaya didalam hati kalian masing-masing masih ada rasa ingin bersama kayak dulu. Kalian kan udah lama bersahabat masa cuma gara-gara cinta jadi kayak gini.”

Tak terasa tiga tahun berlalu hari-hari telah terlewati. Hingga lulus SMP keadaan Shelva dan Roni tidak berubah mereka masih saja merasa saling tidak mengenal. Sekarang benar-benar kebencian yang ada di benak mereka berdua karena selama tiga tahun sikap ketus merekalah yang selalu muncul ketika mereka berjumpa.

Kemudian Shelva dan Roni mendaftar di SMA Nusa Bhakti, tetapi Ajeng mendaftar di SMK Tunas Bangsa. Mereka kemudian diterima di sekolah-sekolah tersebut.
“Hei Shel, aku do’ain kamu sama Roni besok bisa bareng lagi satu kelas di SMA.” Ledek Ajeng.
“Nggak lah aku udah nggak pengin ketemu dia lagi. Udah benci aku sama dia.” Jawab Shelva kesal.
“Udahlah ngaku aja kamu itu kangen kan sama dia? Walaupun kalian sering ribut. Dan sebenernya aku juga pengin kita kayak dulu lagi Shel.”
“Ya kangen juga sih...hehehee… iya mudah-mudahan kita kita bisa bareng lagi.” Jawab Shelva dengan senyum manisnya.

Sesudah MOS dan PTA usai kemudian dilakukan pembagian kelas. Ternyata do’a Ajeng itupun terwujud, Shelva yang tak berharap dapat satu kelas lagi dengan Roni ternyata mereka dapat kembali bersama dalam satu kelas. Ketika saat itu pada malam harinya Shelva pergi menemui Ajeng di rumahnya dan menceritakan kenyataan yang terjadi. Setelah mendengar cerita itu Ajeng hanya tersenyum melihat kegembiraan sahabatnya, diapun ikut senang karena sahabatnya terlihat riang lagi seperti dulu.

Keesokan harinya ketika masih awal-awal di kelas Shelva dan Roni masih merasa canggung dan masih tak saling mengenal tetapi setelah beberapa hari berlalu perasaan canggung itu mulai hilang. Tiba-tiba Roni menghampiri Shelva untuk meminta maaf. Mereka berdua pun saling mengungkapkan bahwa dulu pernah mempunyai rasa cinta diantara mereka dan perasaan itu pun  masih ada sampai saat ini tetapi keduanya akan memendam rasa cinta itu, mereka ingin membuat rasa cinta itu menjadi cinta sebagai sahabat. karena mereka berpikir bahwa cinta lah yang membuat persahabatannya dulu retak.

Sepulang sekolah mereka berdua pergi ke rumah Ajeng untuk memberitahukan hal tersebut. Kebahagiaan yang terpancar terlihat dari bola mata keduanya yang membuat Ajeng ikut bahagia. Karena Ajeng telah rindu dengan kebersamaan dan keributan yang sering mereka lakukan dan selalu membuatnya pusing.


Akhirnya mereka bertiga pun kembali bersahabat seperti dulu. Karena kesadaran Shelva dan Roni dengan sikap mereka yang dulu berubah hanya gara-gara cinta. Mereka berpikir bahwa cinta yang ada dapat membuat mereka bahagia sebagai sahabat bukan sebagai musuh.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kota Kecil

Tanpa Nama